Sabtu, 10 Oktober 2009
Arti Cerita Cinta part I
Matahari telah keluar dari persembunyiannya, diikuti suara saut-sautan kicauan burung yang indah. Pagi hari ini adalah Pagi yang indah namun buruk untukku, betapa tidak dengan berat hari aku harus meninggalkan kota Jogja yang menyimpan sejuta kenangan yang sudah aku torehkan disini. Pekerjaan papa yang memaksa aku dan keluarga untuk pindah ke kota metropolitan itu. Papa di pindah tugaskan untuk mengurusi kantor barunya di Jakarta.
Sedih rasa nya harus berpisah dengan sahabat-sahabat ku disini. Dan meninggalkan semua kenangan dan janji-janji ku bersama Rio, Sahabat ku yang sekarang mungkin sedang bersenang senang di Amerika bersama teman-teman barunya. Semenjak perpisahan kita 7 tahun lalu, aku sudah tidak bisa berkomunikasi dengannya. Entah sudah seperti apa dia sekarang. Apakah masih seperti dulu? sering tertawa tanpa ada sebabnya, rambut kriwel-kriwel berantakan kaya ketumpahan mie ayam, masih mengenakan dasi kupu-kupu kesukaannya. Hah aku tak tau. Akan tetapi yang masih ku ingat jelas adalah ketika ia memberikan dasi kupu-kupu yang berwarna kuning keemasan untukku seraya berkata ,"Aku pasti akan balik lagi kok, tungguin aku disini yah, jangan pergi kemana-mana". Akan tetapi kini aku akan mengingkari janji ku untuk tidak pergi kemana-mana dan terus disini untuk menantinya kembali. Akan tetapi aku juga berfikir, masih ingatkah dia pada ku? Aku sudah menunggu nya selama tujuh tahun, akan tetapi ia tak kunjung kembali.
Setelah cukup lama memikirkan masa lalu itu, aku kembali ke alam nyata ku. Segera aku bergegas untuk membawa tas koper ku, untuk di naikkan ke dalam mobil. Pesawat yang akan membawa ku ke Jakarta akan take off pada pukul 08.25 . Papa bilang, ia sudah mengurusi semua urusan sekolah ku disana, Aku sudah terdaftar di salah satu SMA swasta disana. Tanpa berlama-lama, aku beserta keluarga berpamitan dengan tetangga-tetangga di sekitar rumah. Rasa nya langkah kaki ku sangat berat sekali untuk meninggal kan kota Gudeg ini.
* Beberapa jam setelah sampai di Jakarta.
Kota Jakarta, Kota dengan hiasan gedung-gedung pencakar langit yang berdiri kokoh melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Ratusan bahkan ribuan mobil mewah meliantas disana-sini. Orang-orang berjas hitam yang dikawal oleh orang-orang berbadan besar dan tinggi. Beberapa kesan pertama setelah aku sampai di Ibu Kota ini. Aku tinggal di komplek perumahan yang menurutku jauh dari kesan sederhana. "Kenapa harus tinggal di perumahan elit gini sih, pa? emang kita mau menetap disini ya?". Pertanyaan yang aku lontarkan agar papa segera memberikan alasan mengapa harus tinggal dirumah yang menurutku terlalu luas untuk di tempati oleh 3 orang ini.
"Karena papa memang sudah memutuskan untuk tinggal di Jakarta". Seperti disambar geledek di siang bolong. Benarkah sekarang aku harus benar-benar meninggalkan kota kenangan itu selamanya? lalu bagaimana kalau Rio mencariku?
Pikiranku mulai kacau. Akan tetapi apa daya, apa yang bisa aku perbuat selain menuruti segala nya yang sudah diputuskan oleh kedua orang tua ku.
"Kamu ganti baju dulu, myl. Setelah itu langsung istirahat karena mulai besok kamu akan mulai masuk di sekolah baru mu". Perkataan mama barusan menambah beban dalam fikiranku. Aku mengangguk seraya mengiyakan perintah mama dengan segera. Dirumah ini ada 4 orang pembantu dan 2 supir yang akan menemani hari-hari ku dirumah ketika mama dan papa harus pergi kesana-kemari untuk mengurusi perusahaan mereka.
Kamarku berada di lantai dua, berada diantara 2 kamar tamu lainnya. Kamarku kira-kita berukuran 10 x 7 meter. Sangat luas menurutku, akan tetapi setelah perlahan ku buka pintu kamar, ternyata tak salah jika kamar ini dibuat luas. Karena ternyata ini adalah kamar utama di lantai dua, dilengkapi dengan tempat tidur yang luas, televisi dan perangkat-perangkat pelengkapnya, dengan kamar mandi didalamnya, dan seperangkat alat-belajar seperti meja belajar , laptop, printer. Kamar ini layak nya rumah di dalam rumah. Apa yang bisa aku kerjakan dikamar seluas ini sendirian. sungguh membosankan. Pandangan ku beralih ke luar jendela, disana aku melihat halaman rumah ku yang sangat luas, disiasi dengan pepohonan dan bunga-bunga beserta hewan peliharaan seperti burung dan kelinci-kelinci kecil. Akan tetapi ada satu objek lagi yang menarik perhatian ku. Rumah yang berhadapan dengan rumah ku ini. Maksudku bukan rumah nya yang menarik, akan tetapi ada sosok laki-laki yang kira-kira usianya 1 tahun di atasku. dia juga sedang memperhatikan ke arah kamarku. Mungkin ia bertanya-tanya, siapa yang menjadi penghuni baru rumah ini.
Dia tersenyum dikala sadar aku mengetahui dia juga sedang memperhatikan ku, Aku pun ikut membalas senyumnya. Tiba-tiba ada suara orang yang berasal dari lantai satu yang sangat familiar di telingaku. Segera aku menuruni tangga, dan menemukan banyak orang disitu. Yang tak lain adalah saudara-saudara ku yang berkunjung kerumah ku, untuk mengucapkan selamat datang di Jakarta. Hatiku terlonjak senang melihat rumah ku sangat ramai dengan suara canda tawa para sepupu-sepupuku yang sekarang tengah berlari kearah ku.
"Akhirnya kamu nyampe juga di Jakarta, Aku udah ga sabar banget tau ngga sih. kangen banget sama kamu, dek", Ucapan selamat datang pertama yang diberikan oleh kak Toby, kakak sepupu tertua dalam keluarga ku.
"Iya nih kak, aku juga udah kangen sama kakak. Oia kakak tinggal disekitar sini juga kan?" tanyaku
"Iya, rumah kakak 3 rumah selanjutnya dari rumah yang berhadapan sama rumah kamu", jawabnya sambil memberikan kecupan selamat datang di dahi ku.
Hari ini aku tidak sama sekali beristirahat, satu hari ini aku menghabiskan waktu bersama sepupu-sepupuku di rumah sampai larut malam, akhirnya mereka pulang karena besok sudah hari senin, dan itu berarti besok mereka akan memulai kesibukan masing-masing, sama seperti hal nya aku.
Mama dan papa akhirnya memberikan kecupan selamat tidur untukku. Setelah mereka mematikan lampu nya dan menutup pintu kamarku, aku masih penasaran dengan sosok laki-laki tadi. Siapa nama nya? Dia bersekolah dimana? apakah dia bersekolah di tempat yang sama denganku? tapi siapa yang akan menjawab pertanyaan ku, jika bukan laki-laki itu. Itu berarti aku harus lebih dulu berkenalan dengannya, baru bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi sudah melompat-lompat di otakku. Hari ini menyenangkan. Semoga hari esok lebih menyenangkan. Akhirnya aku terlelap, bersiap-siap untuk memulai hidup baru ku di Jakarta.
To be continoued
Sedih rasa nya harus berpisah dengan sahabat-sahabat ku disini. Dan meninggalkan semua kenangan dan janji-janji ku bersama Rio, Sahabat ku yang sekarang mungkin sedang bersenang senang di Amerika bersama teman-teman barunya. Semenjak perpisahan kita 7 tahun lalu, aku sudah tidak bisa berkomunikasi dengannya. Entah sudah seperti apa dia sekarang. Apakah masih seperti dulu? sering tertawa tanpa ada sebabnya, rambut kriwel-kriwel berantakan kaya ketumpahan mie ayam, masih mengenakan dasi kupu-kupu kesukaannya. Hah aku tak tau. Akan tetapi yang masih ku ingat jelas adalah ketika ia memberikan dasi kupu-kupu yang berwarna kuning keemasan untukku seraya berkata ,"Aku pasti akan balik lagi kok, tungguin aku disini yah, jangan pergi kemana-mana". Akan tetapi kini aku akan mengingkari janji ku untuk tidak pergi kemana-mana dan terus disini untuk menantinya kembali. Akan tetapi aku juga berfikir, masih ingatkah dia pada ku? Aku sudah menunggu nya selama tujuh tahun, akan tetapi ia tak kunjung kembali.
Setelah cukup lama memikirkan masa lalu itu, aku kembali ke alam nyata ku. Segera aku bergegas untuk membawa tas koper ku, untuk di naikkan ke dalam mobil. Pesawat yang akan membawa ku ke Jakarta akan take off pada pukul 08.25 . Papa bilang, ia sudah mengurusi semua urusan sekolah ku disana, Aku sudah terdaftar di salah satu SMA swasta disana. Tanpa berlama-lama, aku beserta keluarga berpamitan dengan tetangga-tetangga di sekitar rumah. Rasa nya langkah kaki ku sangat berat sekali untuk meninggal kan kota Gudeg ini.
* Beberapa jam setelah sampai di Jakarta.
Kota Jakarta, Kota dengan hiasan gedung-gedung pencakar langit yang berdiri kokoh melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Ratusan bahkan ribuan mobil mewah meliantas disana-sini. Orang-orang berjas hitam yang dikawal oleh orang-orang berbadan besar dan tinggi. Beberapa kesan pertama setelah aku sampai di Ibu Kota ini. Aku tinggal di komplek perumahan yang menurutku jauh dari kesan sederhana. "Kenapa harus tinggal di perumahan elit gini sih, pa? emang kita mau menetap disini ya?". Pertanyaan yang aku lontarkan agar papa segera memberikan alasan mengapa harus tinggal dirumah yang menurutku terlalu luas untuk di tempati oleh 3 orang ini.
"Karena papa memang sudah memutuskan untuk tinggal di Jakarta". Seperti disambar geledek di siang bolong. Benarkah sekarang aku harus benar-benar meninggalkan kota kenangan itu selamanya? lalu bagaimana kalau Rio mencariku?
Pikiranku mulai kacau. Akan tetapi apa daya, apa yang bisa aku perbuat selain menuruti segala nya yang sudah diputuskan oleh kedua orang tua ku.
"Kamu ganti baju dulu, myl. Setelah itu langsung istirahat karena mulai besok kamu akan mulai masuk di sekolah baru mu". Perkataan mama barusan menambah beban dalam fikiranku. Aku mengangguk seraya mengiyakan perintah mama dengan segera. Dirumah ini ada 4 orang pembantu dan 2 supir yang akan menemani hari-hari ku dirumah ketika mama dan papa harus pergi kesana-kemari untuk mengurusi perusahaan mereka.
Kamarku berada di lantai dua, berada diantara 2 kamar tamu lainnya. Kamarku kira-kita berukuran 10 x 7 meter. Sangat luas menurutku, akan tetapi setelah perlahan ku buka pintu kamar, ternyata tak salah jika kamar ini dibuat luas. Karena ternyata ini adalah kamar utama di lantai dua, dilengkapi dengan tempat tidur yang luas, televisi dan perangkat-perangkat pelengkapnya, dengan kamar mandi didalamnya, dan seperangkat alat-belajar seperti meja belajar , laptop, printer. Kamar ini layak nya rumah di dalam rumah. Apa yang bisa aku kerjakan dikamar seluas ini sendirian. sungguh membosankan. Pandangan ku beralih ke luar jendela, disana aku melihat halaman rumah ku yang sangat luas, disiasi dengan pepohonan dan bunga-bunga beserta hewan peliharaan seperti burung dan kelinci-kelinci kecil. Akan tetapi ada satu objek lagi yang menarik perhatian ku. Rumah yang berhadapan dengan rumah ku ini. Maksudku bukan rumah nya yang menarik, akan tetapi ada sosok laki-laki yang kira-kira usianya 1 tahun di atasku. dia juga sedang memperhatikan ke arah kamarku. Mungkin ia bertanya-tanya, siapa yang menjadi penghuni baru rumah ini.
Dia tersenyum dikala sadar aku mengetahui dia juga sedang memperhatikan ku, Aku pun ikut membalas senyumnya. Tiba-tiba ada suara orang yang berasal dari lantai satu yang sangat familiar di telingaku. Segera aku menuruni tangga, dan menemukan banyak orang disitu. Yang tak lain adalah saudara-saudara ku yang berkunjung kerumah ku, untuk mengucapkan selamat datang di Jakarta. Hatiku terlonjak senang melihat rumah ku sangat ramai dengan suara canda tawa para sepupu-sepupuku yang sekarang tengah berlari kearah ku.
"Akhirnya kamu nyampe juga di Jakarta, Aku udah ga sabar banget tau ngga sih. kangen banget sama kamu, dek", Ucapan selamat datang pertama yang diberikan oleh kak Toby, kakak sepupu tertua dalam keluarga ku.
"Iya nih kak, aku juga udah kangen sama kakak. Oia kakak tinggal disekitar sini juga kan?" tanyaku
"Iya, rumah kakak 3 rumah selanjutnya dari rumah yang berhadapan sama rumah kamu", jawabnya sambil memberikan kecupan selamat datang di dahi ku.
Hari ini aku tidak sama sekali beristirahat, satu hari ini aku menghabiskan waktu bersama sepupu-sepupuku di rumah sampai larut malam, akhirnya mereka pulang karena besok sudah hari senin, dan itu berarti besok mereka akan memulai kesibukan masing-masing, sama seperti hal nya aku.
Mama dan papa akhirnya memberikan kecupan selamat tidur untukku. Setelah mereka mematikan lampu nya dan menutup pintu kamarku, aku masih penasaran dengan sosok laki-laki tadi. Siapa nama nya? Dia bersekolah dimana? apakah dia bersekolah di tempat yang sama denganku? tapi siapa yang akan menjawab pertanyaan ku, jika bukan laki-laki itu. Itu berarti aku harus lebih dulu berkenalan dengannya, baru bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi sudah melompat-lompat di otakku. Hari ini menyenangkan. Semoga hari esok lebih menyenangkan. Akhirnya aku terlelap, bersiap-siap untuk memulai hidup baru ku di Jakarta.
To be continoued
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar