Minggu, 25 Oktober 2009
Arti Cerita Cinta Part V
*Pergantian sudut pandang ‘Aku’ (tokoh utama) menjadi sudut pandang orang ke tiga serba tahu.
Tatkala melihat myla yang sekarang sudah tertidur pulas, Chandra segera mengambil tas gendong nya yang tercecer di sofa, dan segera keluar dari ruangan yang bernuansa pink tersebut.
“Bik, saya pulang dulu. Myla udah tidur, panas nya udah mulai turun kok. Tidak usah khawatir ya bik.” Bik surti hanya bisa menganggukkan kepala nya beberapa kali, menandakan ia mengerti ucapan cowok ganteng ini. Atau jangan-jangan bik surti manggut-manggut saja karena terpesona sama penampilannya Chandra yah? Hahaha.
DI RUMAH CHANDRA….
“Mamahh..”, segera ia hampiri sosok wanita cantik yang sedang asyik memasak di dapur, dan langsung mengecup pipinya dengan penuh rasa kasih sayang.
“Kamu dari mana sih, kok basah kuyup gini?” Tanya ibu Sangraini sambil mengusap-usap rambut anak nya ini. Akhirnya Chandra menjelaskan nya dengan panjang lebar, tentang kejadian yang hari ini ia alami bersama tetangga barunya itu. Mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala saja ketika Chandra menceritakan bahwa tadi dia sempat di peluk oleh myla. Dan mamanya juga baru tahu kalau mereka punya tetangga baru di depan rumah mereka. Maklum saja, ibu Sanggaini jarang sekali berada dirumah, beliau meiliki pekerjaan yang hamper sama dengan mama dan papa nya myla, hanya saja beliau kini harus banting tulang sendirian semenjak suami nya meninggal dunia 2 tahun lalu. Chandra beranjak dari tempat dimana ia dan mama nya sore ini menghabiskan waktu sebentar untuk bercengkrama. Kamarnya terletak di lantai dua, tepatnya di sebelah kamar kakak laki-lakinya. Chandra memiliki satu kakak laki-laki yang sangat ia sayangi. Ia menyayangi kakak nya seperti dia menyayangi dirinya sendiri, atau malah lebih. Terkadang ia ingin sekali melakukan apa saja, untuk menyenangkan hati kakak nya. Ketika sampai lantai atas, bukannya langsung ganti baju dan istirahat dimakarnya, ia malah memutuskan untuk kekamar kakak nya dulu, ia sungguh tidak sabar ingin menceritakan pengalamannya hari ini. Jujur saja, Chandra tak pernah merasa sebahagia ini di peluk cewek, apa lagi orang yang baru saja ia kenal.
“Baru pulang dek? Lama banget deh sekolah nya. Lo nggak tau apa, dari tadi gue udah kesepian banget gak ada temen ngobrol, OIA kok tadi gue ngeliat lo gotong cewek yang rumahnya di depan rumah kita itu sih? Lo apain tuh? ”
“ Nanya nya satu-satu dulu dong. Gue masih capek nih abis ngurusin bayi cakep. hahahaha ,” masih dengan gaya nya yang sedikit petakilan Chandra memprotes kakak nya yang langsung memberikan pertanyaan segudang, persis pak Khusnul guru matematika nya yang kalau memberikan soal dengan mendikte, pasti berbicaranya terus-terusan seperti mobil yang tidak ada remnya.
“ Tadi waktu jam pulang sekolah, waktu gue lagi jalan ke parkiran, gue ngeliat Myla jatuh, pingsan malah. Terus langsung gue bawa pulang kerumahnya, Ya otomatis gue gendong lah. Dan lo mesti tau, dia tadi meluk gue sambil manggil-manggil nama Rio-rio gitu. Dan ada satu lagi, entah kenapa gue ngerasa dia tuh kaya gimana gitu sama gue, maksut gue, dia itu selalu aja ngelamun dan kaya orang mau nangis gitu kalo ngeliat muka gue. Emang muka gue nyeremin yah?hahahaha”, berbeda dengan Chandra yang sekarang malah terbahak-bahak, Kakaknya sekarang hanya bisa diam terpaku setelah mendengar cerita adiknya itu.
“Oh, nama nya Myla?” hanya satu kata itu yag bisa terucap dari bibirnya.
Chandra menganggukkan kepalanya. Setelah merasa puas menumpahkan seluruh cerita yang ingin disampaikannya, segera ia keluar dari kamar abangnya itu. Sementara kakak nya sekarang masih saja, diam membisu memikirkan satu nama. MYLA
Tangannya meraih Sesuatu dari laci kecil disebelah tempat tidurnya. Sebuah bingkai foto yang didalamnya terdapat sebuah foto yang sudah lumayan tua. Foto seorang anak laki-laki berambut keriting dan memakai dasi kupu-kupu sedang bergandengan tangan dengan anak perempuan kecil yang sangat cantik dan berambut ikal. Ia perhatikan betul-betul foto itu. Lalu ia membalikkan bingkai foto yang terbuat dari kayu tersebut. Yang ternyata dibalikknya terdapat ukiran nama
‘MYLA & RIO’.
“Myl, apa kamu adalah seseorang yang aku lihat dari jendela waktu itu? ”, tak terasa tetesan bening airmata nya menggenangi kaca frame foto tersebut. Rio, Febrio Chandra Putra adalah saudara kembar dari Chandra, Febrio Chandra Petra. Waktu masih kecil mereka sempat terpisah jarak, Chandra tinggal dengan neneknya di Jakarta sementara mama, papa, dan Rio tinggal di Jogja. Karena mama dan papa mereka takut, kalau salah satu diantara Rio dan Chandra timbul rasa cemburu karena salah satu diantara mereka lebih di perhatikan oleh orang tua mereka.
Malam pun kembali hadir menemani kesepian seorang anak perempuan yang kini tengah berdiri di depan jendela kamarnya, dan mengadahkan wajahnya ke atas, melihat hamparan bintang yang setia menemani bulan. Terlihat di wajahnya, dia sedang bingung, entah memikirkan apa.
“Andaikan aku tau kamu dimana, yo. Aku pasti nggak akan bingung seperti ini. Aku capek jika harus terus-terusan menebak apakah kamu dan Chandra itu adalah sama? Apakah kamu dan Chandra adalah satu jiwa yang hanya berbeda nama?entah mengapa, akhir-akhir ini aku selalu ngerasa kalau kamu ada di deket aku. ” sambil memegangi frame foto yang didalamnya ada fotonya dengan Rio, tangisnya pun pecah, ditemani suara binatang- binatang yang terdengar menjerit-jerit satu sama lain.
Di tiap tetesan air mata nya, terlihat ia berharap, segera mendapatkan jawaban pasti tentang keberadaan sahabat kecilnya itu sekarang. Pandangannya menerawang daerah sekelilingnya, lampu-lampu di setiap rumah terlihat sudah mulai padam, kecuali satu kamar yang berada tepat di depan jendela kamarnya. Terlihat bayangan seseorang yang juga tengah berjalan mondar mandir di balik tirai jendela yang terlihat berwarna coklat saat pagi hari itu.
Pasti Chandra. Chandra apa kah kamu Rio???
TO BE CONTINUOED
Tatkala melihat myla yang sekarang sudah tertidur pulas, Chandra segera mengambil tas gendong nya yang tercecer di sofa, dan segera keluar dari ruangan yang bernuansa pink tersebut.
“Bik, saya pulang dulu. Myla udah tidur, panas nya udah mulai turun kok. Tidak usah khawatir ya bik.” Bik surti hanya bisa menganggukkan kepala nya beberapa kali, menandakan ia mengerti ucapan cowok ganteng ini. Atau jangan-jangan bik surti manggut-manggut saja karena terpesona sama penampilannya Chandra yah? Hahaha.
DI RUMAH CHANDRA….
“Mamahh..”, segera ia hampiri sosok wanita cantik yang sedang asyik memasak di dapur, dan langsung mengecup pipinya dengan penuh rasa kasih sayang.
“Kamu dari mana sih, kok basah kuyup gini?” Tanya ibu Sangraini sambil mengusap-usap rambut anak nya ini. Akhirnya Chandra menjelaskan nya dengan panjang lebar, tentang kejadian yang hari ini ia alami bersama tetangga barunya itu. Mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala saja ketika Chandra menceritakan bahwa tadi dia sempat di peluk oleh myla. Dan mamanya juga baru tahu kalau mereka punya tetangga baru di depan rumah mereka. Maklum saja, ibu Sanggaini jarang sekali berada dirumah, beliau meiliki pekerjaan yang hamper sama dengan mama dan papa nya myla, hanya saja beliau kini harus banting tulang sendirian semenjak suami nya meninggal dunia 2 tahun lalu. Chandra beranjak dari tempat dimana ia dan mama nya sore ini menghabiskan waktu sebentar untuk bercengkrama. Kamarnya terletak di lantai dua, tepatnya di sebelah kamar kakak laki-lakinya. Chandra memiliki satu kakak laki-laki yang sangat ia sayangi. Ia menyayangi kakak nya seperti dia menyayangi dirinya sendiri, atau malah lebih. Terkadang ia ingin sekali melakukan apa saja, untuk menyenangkan hati kakak nya. Ketika sampai lantai atas, bukannya langsung ganti baju dan istirahat dimakarnya, ia malah memutuskan untuk kekamar kakak nya dulu, ia sungguh tidak sabar ingin menceritakan pengalamannya hari ini. Jujur saja, Chandra tak pernah merasa sebahagia ini di peluk cewek, apa lagi orang yang baru saja ia kenal.
“Baru pulang dek? Lama banget deh sekolah nya. Lo nggak tau apa, dari tadi gue udah kesepian banget gak ada temen ngobrol, OIA kok tadi gue ngeliat lo gotong cewek yang rumahnya di depan rumah kita itu sih? Lo apain tuh? ”
“ Nanya nya satu-satu dulu dong. Gue masih capek nih abis ngurusin bayi cakep. hahahaha ,” masih dengan gaya nya yang sedikit petakilan Chandra memprotes kakak nya yang langsung memberikan pertanyaan segudang, persis pak Khusnul guru matematika nya yang kalau memberikan soal dengan mendikte, pasti berbicaranya terus-terusan seperti mobil yang tidak ada remnya.
“ Tadi waktu jam pulang sekolah, waktu gue lagi jalan ke parkiran, gue ngeliat Myla jatuh, pingsan malah. Terus langsung gue bawa pulang kerumahnya, Ya otomatis gue gendong lah. Dan lo mesti tau, dia tadi meluk gue sambil manggil-manggil nama Rio-rio gitu. Dan ada satu lagi, entah kenapa gue ngerasa dia tuh kaya gimana gitu sama gue, maksut gue, dia itu selalu aja ngelamun dan kaya orang mau nangis gitu kalo ngeliat muka gue. Emang muka gue nyeremin yah?hahahaha”, berbeda dengan Chandra yang sekarang malah terbahak-bahak, Kakaknya sekarang hanya bisa diam terpaku setelah mendengar cerita adiknya itu.
“Oh, nama nya Myla?” hanya satu kata itu yag bisa terucap dari bibirnya.
Chandra menganggukkan kepalanya. Setelah merasa puas menumpahkan seluruh cerita yang ingin disampaikannya, segera ia keluar dari kamar abangnya itu. Sementara kakak nya sekarang masih saja, diam membisu memikirkan satu nama. MYLA
Tangannya meraih Sesuatu dari laci kecil disebelah tempat tidurnya. Sebuah bingkai foto yang didalamnya terdapat sebuah foto yang sudah lumayan tua. Foto seorang anak laki-laki berambut keriting dan memakai dasi kupu-kupu sedang bergandengan tangan dengan anak perempuan kecil yang sangat cantik dan berambut ikal. Ia perhatikan betul-betul foto itu. Lalu ia membalikkan bingkai foto yang terbuat dari kayu tersebut. Yang ternyata dibalikknya terdapat ukiran nama
‘MYLA & RIO’.
“Myl, apa kamu adalah seseorang yang aku lihat dari jendela waktu itu? ”, tak terasa tetesan bening airmata nya menggenangi kaca frame foto tersebut. Rio, Febrio Chandra Putra adalah saudara kembar dari Chandra, Febrio Chandra Petra. Waktu masih kecil mereka sempat terpisah jarak, Chandra tinggal dengan neneknya di Jakarta sementara mama, papa, dan Rio tinggal di Jogja. Karena mama dan papa mereka takut, kalau salah satu diantara Rio dan Chandra timbul rasa cemburu karena salah satu diantara mereka lebih di perhatikan oleh orang tua mereka.
Malam pun kembali hadir menemani kesepian seorang anak perempuan yang kini tengah berdiri di depan jendela kamarnya, dan mengadahkan wajahnya ke atas, melihat hamparan bintang yang setia menemani bulan. Terlihat di wajahnya, dia sedang bingung, entah memikirkan apa.
“Andaikan aku tau kamu dimana, yo. Aku pasti nggak akan bingung seperti ini. Aku capek jika harus terus-terusan menebak apakah kamu dan Chandra itu adalah sama? Apakah kamu dan Chandra adalah satu jiwa yang hanya berbeda nama?entah mengapa, akhir-akhir ini aku selalu ngerasa kalau kamu ada di deket aku. ” sambil memegangi frame foto yang didalamnya ada fotonya dengan Rio, tangisnya pun pecah, ditemani suara binatang- binatang yang terdengar menjerit-jerit satu sama lain.
Di tiap tetesan air mata nya, terlihat ia berharap, segera mendapatkan jawaban pasti tentang keberadaan sahabat kecilnya itu sekarang. Pandangannya menerawang daerah sekelilingnya, lampu-lampu di setiap rumah terlihat sudah mulai padam, kecuali satu kamar yang berada tepat di depan jendela kamarnya. Terlihat bayangan seseorang yang juga tengah berjalan mondar mandir di balik tirai jendela yang terlihat berwarna coklat saat pagi hari itu.
Pasti Chandra. Chandra apa kah kamu Rio???
TO BE CONTINUOED
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar